Beberapa hari ini, ramai diperbincangkan “The Santri” movie yang trilernya saja sudah ditonton ratusan ribu, dan mengundang banyak kontroversi dari berbagai kalangan, baik ulama, ustadz, guru, kyai dan juga yang mengaku pernah “nyantri”.
Di Assalam, hiruk pikuk dunia luar terasa bagai angin lalu saja. nyatanya santri masih tetap santri dan tidak pernah berubah titel atau naik pangkat. dan hebatnya lagi santri punya banyak keahlian yang tidak dimiliki selain santri.
Hal unik yang hanya dialami oleh santri dan layak mendapat gelar “The Santri” dan barangkali juga akan tampil di layar lebar. tentunya dengan besutan sutradara santri juga, yaitu para santri mampu “tidur” dalam kondisi apa pun. saya tidak sedang mempengaruhi anda untuk berfikir bahwa santri kerjanya hanya tidur, Tidak ! saya hanya ingin mengatakan bahwa itu “istimewa” tidur itu sehat, dan diluar sana bnyak orang yang harus bayar mahal hanya untuk dapat tidur, senyaman tidurnya para santri.
Hal unik lainnya, Santri selalu tidak pernah lepas dari sarung, ibarat dua sejoli santri dan sarung tidak dapat dipisahkan, sudah satu paket. maka kemudian muncul istilah kaum sarungan. Tahukah anda, bahwa sarung itu bagi santri adalah segalanya. Dengan sarung santri bisa melakukan banyak hal. selain dipakai untuk menutup aurat juga bisa dibuat tas, dibuat ayunan, dibuat selendang dan lebih keren lagi buat bungkus apa saja.
Terlepas dari itu semua, bahwa santri adalah istilah yang disematkan kepada para pemuda dan pemudi yang memilih hijrah meninggalkan kampung halaman dan rumah, demi untuk belajar di Pesantren. tidak sekedar belajar ilmu umum saja, namun juga memperdalam ilmu agama, terutama pembentukan karakter dan ahlakul karimah.
di Pesantren budaya yang ditanamkan selalu mencerminkan nilai-nilai ke Islaman. dimana para santri belajar dari hal yang terkecil, dari hal yang sangat sederhana, sejak bangun tidur hingga tidur kembali sudah diatur dan punya nilai yang dalam.
dahulu cikal bakal berdirinya pesantren berangkat dari rasa keinginan yang begitu besar dari masyarakat kecil untuk dapat belajar, kita ingat dimasa penjajahan dulu, sekolah terbatas dan hanya kalangan tertentu yang dapat merasakan. sehingga banyak orang yang dianggap tidak layak, tidak mendapatkan hak yang sama untuk belajar.
pada awalnya Pesantren hanya sebuah bangunan kecil, semacam pondokan dimana ada kyai dan santri duduk bersama belajar. sehingga jadilah istilah Pondok untuk belajar. lambat laun seiring berkembangnya zaman, bertambahnya jumlah santri, sehingga tidak lagi dapat ditampung, maka dibangunlah sebuah pondokan yang besar sehingga disebut sebagai Pondok Pesantren.
sekarang kita bisa melihat banyak sekali pondok pesantren berkembang yang ada di Indonesia, dengan berbagai macam model dan metode pembelajaran yang tidak sama. dan itu semua menjadi khazanah keilmuan dan pendidikan yang ada di Indonesia. dan sejarah mencatat bahwa berkat usaha perjuangan para kyai dan santri, para ulama, negri ini terbebas dari penjajah.
maka akan sangat luar biasa bila kedepan akan tampil sebuah maha karya “The Santri” yang menampilkan perjuangan, kesungguhan, kerja keras, ibadah dan ahlak yang mulia, tidak dalam dunia maya namun terwujud dalam dunia nyata. Allahu Akbar !