Komandang Takbir, Tahmid dan Tahlil menggema di lingkungan Ponpes Assalam sejak malam ‘Id. Para santri sibuk ikut membantu para panitia yang bekerja mempersiapkan arena penyembelihan hewan qurban di lapangan. Kurang lebih ada 2 Kampung yang ikut bermalam dan melaksanakan sholat ‘Id di Pesantren, diantaranya Kampung Linggang Mapan, dan Royoq.
Pada tahun ini, Pesantren mendapat kepercayaan dari para Donatur untuk menyelenggarakan proses penyembelihan dan pendistribusian hewan Qurban di Ponpes Assalam. ada 28 ekor sapi dan 16 ekor kambing yang disembelih di Pesantren, sejak hari pertama sampai terakhir hari tasyrik.
Di hari pertama, Kurang lebih ada 1376 muallaf yang hadir di Pondok untuk mengambil jatah daging qurban. ada 9 ekor sapi yang disembelih dan 1 ekor kambing. Untuk mengantisipasi jamaah yang membludak, para panitia sudah berjaga sejak pukul tiga sore untuk pembagian kupon penerima daging qurban. Bahkan diantara mereka masih ada yang non muslim, Kebijakan panitia untuk tetap memberikan kepada siapa saja yang berhak, dengan harapan mereka bisa tergugah dan mau menerima Islam. Hal ini merupakan salah satu strategi dakwah yang sudah dilakukan oleh Ust Arief sejak awal berdirinya Pesantren Assalam.
Ada kejadian menarik yang berhasil ditangkap oleh panitia di hari pertama, saat seorang muallaf, begitu bahagia dan senang mendapatkan kupon daging qurban dari Assalam, secara spontan ia langsung menelpon keluarganya yang ada di rumah dan mengatakan kalau mereka dapat jatah daging qurban. Tentu kebahagiaan ini tidak seberapa bila dibandingkan dengan kebahagian mereka yang sudah biasa makan dan hidup nyaman. Inilah sebungkus kebahagiaan yang dapat mereka rasakan di hari Raya Qurban. Jangankan untuk makan daging, tahu-tempe pun jarang. Melalui program Qurban Pedalaman Assalam mengajak para muhsinin ikut ambil bagian berbagi bahagia kepada para muallaf yang ada di pedalaman Kalimantan Timur.
Dan sisanya disembelih di hari-hari tasyrik. Berbeda dengan hari pertama, untuk hari tasyrik penyembelihan hewan qurban dikshususkan untuk kampung-kampung binaan dan para muallaf yang ada di pedalaman Kutai Barat. Para santri pun ikut bergembira merasakan keberkahan daging qurban. Mereka medapat jatah satu bungkus perorang, yang kemudian mereka masak bersama. Ada yang dibakar, direbus dan ada yang digoreng. Bagi para santri ini adalah anugerah, dan menjadi suasana bersama lebih terkesan dan bahagia.